10 Bahaya Bicara Tentang Agama Tanpa Ilmu
http://bagaimana-islam.blogspot.com/2015/11/10-bahaya-bicara-tentang-agama-tanpa.html
10 Bahaya Bicara Tentang Agama Tanpa Ilmu - Ilmy menjadi perkara wajib yang harus dituntut oleh setiap orang. Bahkan ayat pertama yang diturunkan adalah perintah kita untuk membaca, artinya kita disuruh untuk mempelajari, mempelajari apapun yang diridhoi oleh Allah SWT.
Kenapa menuntut ilmu itu wajib? Pertama memang ada hadis yang menyatakan demikian, Rasulullah bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut
ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah no:224,
dan lainnya dari Anas bin Malik. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani]
Nah, sudah jelas sekali bahwa menuntut ilmu itu wajib. Seandainya tanpa ilmu, tidak banyak yang bisa kita perbuat, setiap hari permasalahan selalu datang, kalau tanpa ilmu maka akan sulit bagi kita untuk menyelesaikan. Ada masalah dengan keluarga, dengan istri, dengan anak, dengan bos di kantor, dengan orang tua, dengan tetangga, dengan teman dan dengan yang lainnya.
Jika kita menghadapi masalah-masalah tersebut tanpa ilmu, maka pastilah justru masalah akan bertambah dan bertambah lagi. Selain itu, bagi anda atau kita semua, jika ingin menyampaikan sesuatu tentang islam, mengatakan sesuatu ttg Allah, maka kita harus ada ilmu tentangnya, mengenai syariat maka kita harus ada ilmunya. Minimal kita pernah membaca atau mengetahui tentang hal itu, karena kalau untuk menghafal dan mengingat dailnya secara detail mungkin tidak ada kemampuan kita ke sana, tapi minimal kita sudah coba.
Bahaya Bicara Tentang Agama Tanpa Ilmu
Ada 10 Bahaya Bicara Tentang Agama Tanpa Ilmu yang perlu sama-sama kita ketahui, berikut ini diantaranya:
1.Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah.
Alloh Ta’ala berfirman:
قُلْ
إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا
لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ
تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan
yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah
untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang
tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33)
Syeikh
Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: “Berbicara
tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh
Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik.
Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang
diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.” [Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim]
2. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلاَ
تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا
حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ
عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
Dan janganlah kamu
mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta
“ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl (16): 116)
3.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain.
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ
وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ
يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا
فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya
Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi
Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’. Sehingga ketika
Allah tidak menyisakan seorang ‘alim-pun, orang-orang-pun mengangkat
pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian
mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan
menyesatkan orang lain. (HSR. Bukhari no:100, Muslim, dan lainnya)
Hadits
ini menunjukkan bahwa “Barangsiapa tidak berilmu dan menjawab
pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqias
(membandingkan) dengan akalnya, sehingga mengharamkan apa yang Alloh
halalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan
dengan tanpa dia ketahui, maka inilah orang yang mengqias dengan
akalnya, sehingga dia sesat dan menyesatkan. (Shahih Jami’il Ilmi Wa
Fadhlihi, hal: 415, karya Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh
Syeikh Abul Asybal Az-Zuhairi)
4.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu.
Imam
Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: “Barangsiapa
berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti
hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ
Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393)
5.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya.
Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya
dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujuraat: 1)
Syeikh Abdurrahman bin
Nashir As-Sa’di rohimahulloh berkata: “Ayat ini memuat adab terhadap
Alloh dan RosulNya, juga pengagungan, penghormatan, dan pemuliaan
kepadanya. Alloh telah memerintahkan kepada para hambaNya yang beriman,
dengan konsekwensi keimanan terhadap Alloh dan RosulNya, yaitu:
menjalankan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-laranganNya.
Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah Alloh dan Sunnah
RosulNya di dalam seluruh perkara mereka. Dan agar mereka tidak
mendahului Alloh dan RosulNya, sehingga janganlah mereka berkata, sampai
Alloh berkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai Alloh
memerintah”. (Taisir Karimir Rahman, surat Al-Hujurat:1)
6.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan.
Orang
yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak
kepada kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orang-orang
yang telah dia sesatkan. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam:
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Barangsiapa menyeru
kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala
orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia
mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu
tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR. Muslim no:2674, dari Abu Hurairah)
7.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawab.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Alloh Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Alloh Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36)
8.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan.
Syeikh
Hafizh bin Ahmad Al-Hakami menyatakan: “Fashal: Tentang Haramnya
berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan haramnya berfatwa tentang agama
Allah dengan apa yang menyelisihi nash-nash”. Kemudian beliau membawakan
sejumlah ayat Al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allah di bawah ini:
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ اللهُ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. 5:44)
9.Berbicara agama tanpa ilmu menyelisihi jalan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Imam
Abu Ja’far Ath-Thahawi rohimahulloh menyatakan di dalam aqidah
Thahawiyahnya yang masyhur: “Dan kami berkata: “Wallahu A’lam (Allah
Yang Mengetahui)”, terhadap perkara-perkara yang ilmunya samar bagi
kami”. [Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393]
10.Berbicara agama tanpa ilmu merupakan perintah syaithan.
Allah berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:169)
Keterangan
ini kami akhiri dengan nasehat: barangsiapa yang ingin bebicara masalah
agama hendaklah dia belajar lebih dahulu. Kemudian hendaklah dia hanya
berbicara berdasarkan ilmu. Wallohu a’lam bish showwab. Al-hamdulillah
Rabbil ‘alamin.
Sumber: Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Itulah 10 Bahaya Bicara Tentang Agama Tanpa Ilmu yang harus kita kutahui, mari kitaa berbagi ilmu dengan yang lainnya dengan cara membagikan artikel ini sebanyak-banyaknya.