Kenapa Kita Harus Mengenal Rasul? Apa Makna Beriman Kepada Rasul?
http://bagaimana-islam.blogspot.com/2015/07/kenapa-kita-harus-mengenal-rasul-apa.html
Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST (Makalah Studi Dasar Islam, Jumadats Tsani 1428 H) Serial 1 dari Mengenal Rasul shallallahu alaihi wa sallam antara yang mencintai dan melecehkan
Sesungguhnya,
alam kubur adalah tempat persinggahan akhirat yang pertama. Jika
seseorang selamat di dalamnya, maka yang sesudahnya lebih mudah baginya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْقَبْرُ أَوَّلُ
مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ
وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ
”Kubur adalah
tempat persinggahan akhirat yang pertama. Barangsiapa yang selamat
darinya, maka jenjang berikutnya akan lebih mudah. Dan barangsiapa yang
tidak selamat darinya, maka sesudahnya akan lebih berat.” (HR. Ahmad)
Di dalam kubur nantinya, seorang hamba akan ditanyai tiga perkara yaitu (1) siapa Rabbmu, (2) apa agamamu, dan (3) siapa nabimu.
Seorang mukmin akan begitu mudah menjawab pertanyaan tersebut karena
Allah-lah yang mengokohkan dia. Adapun, orang munafik atau ragu dalam
keimanannya akan berkata,”Hah! Hah! Aku tidak tahu, aku mendengar
manusia berkata demikian, aku pun ikut mengatakannya! Maka orang yang
demikian akan dipukul dengan tongkat dari besi. Semua makhluk akan
mendengarnya kecuali manusia. Seandainya manusia mendengar kejadian,
sungguh mereka akan jatuh pingsan. (Lihat at-Tanbihaat al-Mukhtashoroh
Syarh al-Wajibat al-Mutahattimat al-Ma’rifah ’ala kulli muslim wa
muslimah, Ibrahim bin Syaikh Sholih bin Ahmad al-Khurashi, hal. 15)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Qotadah, dari Anas bin Malik berkata,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا
وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ إِنَّهُ لَيَسْمَعُ
قَرْعَ نِعَالِهِمْ قَالَ يَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ
فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ قَالَ فَأَمَّا
الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ قَالَ
فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ
اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا
“Sesungguhnya seorang
hamba apabila dimasukkan dalam kuburnya, dan para kerabatnya telah
meninggalkannya, maka sungguh, dia akan mendengar bunyi (kepergian)
sendal mereka. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”(Pada
saat itu, pen), dua malaikat mendatanginya, lalu mendudukinya, dan
mengatakan padanya,”Apa yang kamu katakan tentang laki-laki ini (yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)?” “ Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata,”Adapun mu’min, dia akan menjawab,’Saya bersaksi bahwa
dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata,”Maka dikatakan padanya: “Lihat tempat dudukmu di neraka,
sungguh Allah telah menggantimu dengan tempat duduk di surga.” Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Maka hamba tersebut melihat
keduanya.” (HR. Muslim, lihat pula Shohih Imam Bukhari)
WAJIBNYA BERIMAN PADA RASUL
Iman kepada para rasul merupakan salah satu rukun iman yang wajib
diimani. Karena para rasul adalah sebagai perantara antara Allah dan
hamba-Nya dalam menyampaikan risalah (wahyu) dan dalam rangka menegakkan
hujjah Allah bagi para hamba-Nya. Iman kepada para rasul adalah dengan membenarkan wahyunya dan menetapkan nubuwahnya (kenabiannya).
Sungguh, para rasul adalah orang-orang yang jujur (shidiq) terhadap
yang disampaikan dari Allah. Sungguh, mereka telah menyampaikan risalah
(wahyu) dan menjelaskan pada manusia tentang sesuatu yang tidak boleh
mereka jahil (bodoh) padanya. Dalil tentang wajibnya beriman pada para
Rasul amat banyak. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman:
وَلَكِنَّ
الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ
وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
“Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al Baqarah: 177)
آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا
أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ
وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
“Rasul telah beriman kepada Al
Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (Al Baqarah: 285)
إِنَّ الَّذِينَ
يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ
اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ
وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا أُولَئِكَ هُمُ
الْكَافِرُونَ حَقًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan
kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: Kami beriman
kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain),
serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di
antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir
sebenar-benarnya.” (An Nisa’: 150-151) Dari ayat-ayat di atas terlihat
bahwa Allah menggandengkan keimanan kepada Rasul dengan keimanan
kepada-Nya, malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya.
Dan dijelaskan pula
tentang hukuman KAFIR bagi siapa yang membedakan antara (keimanan, pen)
kepada Allah dan Rasul-Nya karena dia telah beriman pada sebagian dan
kufur kepada sebagian yang lain. Dan seorang hamba tidak bisa beriman
dengan benar kecuali dengan mengenal dan menempuh jalan rasul .
HAMBA SANGAT BUTUH PADA RASUL
Pengutusan para rasul merupakan nikmat Allah bagi para hamba-Nya.
Karena kebutuhan hamba pada para rasul sangat mendesak (primer). Seorang
hamba tidak mungkin mengatur kondisi dan menegakkan agama tanpa mereka.
Kebutuhan hamba kepada rasul melebihi kebutuhan mereka pada makan dan
minum. Karena Allah Ta’ala telah menjadikan para rasul sebagai perantara
antara Dia dan hamba-Nya, dalam mengenal Allah, mengetahui sesuatu yang
bermanfaat atau membahayakannya, juga dalam mengenal rincian syari’at
berupa perintah, larangan, dan hal yang dibolehkan, dan menjelaskan apa
yang dicintai Allah dan dibenci-Nya.
Tidak ada jalan mengetahui yang
demikian kecuali dari para rasul, karena akal tidak dapat menunjuki pada
rincian perkara ini dan sungguh diketahui hal yang mendesak ini secara
umum. Allah Ta’ala berfirman,
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ
اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيه
”Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (Al Baqarah:
213.
Kebutuhan hamba kepada risalah (wahyu) lebih besar dari pada
banyaknya kebutuhan pasien pada dokternya. Karena tidak adanya dokter,
hanya akan membahayakan badan. Sedangkan tidak adanya risalah (wahyu)
akan membahayakan hati . Kehidupan penghuni dunia akan tetap ada, selama
adanya atsar (pengaruh) risalah. Jika atsar (pengaruh) risalah ini
hilang dari dunia, maka terjadilah hari kiamat. (Al Irsyad ila Shohihil
I’tiqod, hal. 177-178, diambil dari Program Aplikasi Maktabah Syaikh
Sholih Al Fauzan)